Posted by : Unknown Thursday, March 14, 2013


Gunung Welirang, mungkin bukanlah gunung favorit para pendaki di Indonesia, khususnya pulau Jawa. Dibadingkan Gunung Semeru, Raung dan Argopuro, Puncak Welirang dan Arjuno tidaklah begitu mentereng dan popular. Namun lain gunung lain cerita, “Welirang-Arjuno Siji mane Cak” begitu kata orang Surabaya.

Para pendaki yang sudah berkelana kemana-mana pasti tidak akan melupakan “ sentuhan siksaan dan tanjakan ASU (anjing-nama yang baru kami berikan)” jalur menuju dua puncak ini, khususnya yang melalui jalur Tretes. “Asu Tenan” kata teman saya dari Jogja, adalah gambaran singkat, padat dan jelas mendeskripsikan jalur naik dan turun melalui Pos Tretes.


Gunung Welirang walaupun tingginya hanya 3156 mdpl, memiliki pesona tersendiri yang membuat orang menuju padanya. Walaupun lintasannya berbatu rapih dan bisa dilalau Jeep penambangjalur ini tidaklah mudah ditaklukkan. “Siapkan betis dan lutut anda baik-baik” karena jalur berbatu sepanjang 13 km dari Pet Bocor sampai Pos Pondokan telah siap mengurut kaki. Bila masuk melalui Pos Tretes, setelah mengurus perijinan (retribusi Rp. 4000 dan 1 lembar fotocopy KTP), perjalanan dimulai dengan melintasi jalur berbatu setelah pos dan jalan beraspal menuju Pet Bocor (Pipa Bocor) selama kurang lebih 45 menit. Pet Bocor bisa juga digunakan sebagai camp persiapan, karena tersedia camping ground yang cukup luas dan ada warung makan.Dari Pet Bocor inilah kisah sengsara dimulai, jalur berbatu yang tersusun rapih siap memberikan pijat refelksi bagi telapak kali.

Setelah melalaui jalan berbatu selama ± 3,5 jam, pendaki bisa menemukan pos Kop-Kopan. Disini terdapat shelter yang juga dimanfaatkan sebagai warung, mata air bersih dan camping ground. Bagi yang berniat camp dipos ini, bisa mewaspadai badai yang kadang datang tiba-tiba karena minimnya pelindung (pohon ) dipos ini dan terlampau terbuka. Dari Kop-kopan kisah sengsaranya berlanjut selama ± 4 jam melalau jalan berbatu yang mulai kurang taratur. Setelah berjalan ± 1,5 jam, sampailah ditanjakan ASU, tanjakan lurus sepanjang 300m dengan kemiringan 30®. Butuh waktu 45 melewati tanjakan ini “asu tenan !!!”. Setelah melalui tanjakan ini, bisa sedikit berlega karena setelah itu jalur menuju Pondokan tidak ada lagi jalur serupa walaupun masih harus melalui tanjakan berbatu. Waktu tempuh dari Kop-kopan menuju Pondokan ±4jam.



Di Pos Pondokan, akan ditemukan banyak gubug kecil para penambang belerang dan sumber air bersih dan camping ground. Disarankan para pendaki agar membagung camp agak berjauhan dari gubug atau setelah sumber air, selain karena banyak tikus, ada masalah sosial lainnya (walaupun aksidental) yang sering terjadi. Bagi penikmat fotografi, gubug dan aktivitas petambang bisa menjadi obyek foto yang manarik. Tapi juga perlu waspada karena kadang obyek fotonya meminta imbalan sebagai model.

Untuk menuju puncak Welirang dari Pondokan memakan waktu tempuh selama ±3,5 jam dan sebaiknya memulai perjalanan pada saat subuh. Selain menghindari terik mata hari, perjalan subuh memberikan pengalaman yang berbeda karena disuguhkan panorama kota pada malam hari, khususnya dari pelawangan. Dari tempat ini juga bisa menikmati sun rise yang tentunya obyek fotografi yang menarik. Melalui vegetasi cemara, tanaman perdu, edelweis dan jalur berbatu yang mengitari puncak, akan tersuguh pemadangan yang menakjubkan. Kabut tipis dan embun yang membias terterpa cahaya pagi hari, desiran angin dingin yang menusuk dan kerlipan lampu kota dalam rona fajar. Sebaiknya moment ini jangan dilewatkan unutk difoto, karena pencahanya naturalnya memberikan efek photo yang bagus.

Jalur kapuncak Welirang ditandai persimpangan, ke kiri menuju Dapur Belerang dan kekanan menuju Puncak. Sebelum kepuncak, sempatkan mengabadikan Gua Sriti. Gua cukup luas di dekat Puncak gunung Welirang dahulunya digunakan Belandasebagai penangkaran Kijang dan pernah dibangun sebuah villa. Terdapat batu-batu pondasi bekas pagar dan bangunan-bangunan villa serta kandang kijang. Terdapatjuga sebuah makam keramat di dekat gua tersebut yang diyakini oleh para penambang belerang sebagai makam Mbah Tedjo Geni.

Dipuncak Welirang akan tersugug panorama beberapa kawah bekas letusan, dengan tumpukan belarang dan asap mengepul dari dasar kawah. Dari puncak Welirang tanpak dari kejauhan puncak Semeru yang diselimuti awan dan puncak Arjuno serta beberapa puncak gunung lainya. Pengunjung sebaiknya melingkapi diri dengan masker/slayer basah bila berada dipuncak Welirang karena gas Belerangnya cukup tinggi, dan disarankan agar tidak beristirahat terlampau lama apa lagi tertidur karena bisa mengancam keselamatan. Puncak Welirang sebaiknya didatangi sebelum pukul tujuh pagi, karena setelah itu gas belerang dan kabut semakin pekat.

Bila memutuskan unutk turun kembali melalui jalur Tretes, turunan batu yang dilewati sebelumnya saat naik menunggu anda. Kaki anda akan dimanjakan dengan pijatan maha dahsyat, apalagi bila turun hujan yang membuat pijakan menjadi sulit. Akan terasa pos perijinan bukanya semaki dekat malan menjauh. Namun demikan dijamin cerita baru yang didapatkan akan sangan membekas dihati dan kaki. Welirang beda dengan yang lainya, karena pendaki tidak hanya disuguhi puncak namun juga pijat plus-plus. Salam Satu Bumi, Satu Hati.

Travel guide : Perlengkapan wajib: Sepatu Traking, Carier, Raincoat, Tenda, Jaket, Slayer/Masker dan logistik sesuai dengan lama waktu perjalanan. Sebaiknya membawa serta obat anti nyeri /counterpain, plaster dan perban luka. Transportasi : Dari Terminal Bungurasih,Surabaya naik bis Jurusan Malang (Patas: 15 ribu, Ekonomi : 5 ribu) turun di Terminal Pandaan. Dari Terminal Pandaan naik angkot ke Pos Tretes 5-7 ribu.

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments



POSTINGAN TERBARU

Copyright © Berbagi Informasi - Murian - Powered by Blogger - Designed by Murian